Pada dini hari tanggal 4 November, sembari menunggu sinyal dari pemantau atap, kami memanjat atap Buckhead Theatre. Saat dua dari kami sedang mengangkut ember yang penuh dengan jeroan bangkai ikan yang membusuk dan lumpur-kompos, yang lain dengan cepat membuka dua sekrup heksa yang menyatukan panel-panel akses HVAC. Kami kemudian membuang 25 pon limbah berbau busuk itu ke dalam kedua bilik penanganan udara teater, di kompartemen tempat udara bersih yang biasanya digunakan untuk menyalurkan udara ke dalam gedung; melalui lapisan-lapisan filtrasi dan purifikasi. Di dekatnya, tiga mobil polisi hanya terparkir menganggur, sama sekali tidak berguna dan tidak menyadari kehadiran kami.
Malam berikutnya, Buckhead Theatre akan menjadi tuan rumah A Night in Blue, acara penggalangan dana tahunan Atlanta Police Foundation dan perayaan 150 tahun teror yang ditegakkan oleh Atlanta Police Department. Jika kami beruntung, acara tersebut akan dilanda aroma busuk yang menyengat. Jika kami kurang beruntung, tumpukan masalah yang busuk itu hanya akan tercecer di teater favorit kaum elit kulit putih Atlanta, sebuah gedung yang dimiliki oleh Robin Loudermilk: ketua senior APF.
Kota Polisi berbau busuk.
Kami berharap Anda dapat menikmati malam “berwarna birunya” 😉
Catatan Arsonis: Warna biru, tepatnya garis biru tipis merupakan simbol yang digunakan oleh penegak hukum yang berasal dari Inggris, namun kini lazim digunakan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Belgia, Swiss, serta Polandia untuk mengenang mereka yang telah gugur dan untuk menunjukkan dukungan kepada para penegak hukum yang masih hidup serta melambangkan hubungan penegak hukum di masyarakat sebagai pelindung masyarakat dari para kriminal dan viktimisasi. Wikipedia.