Terinspirasi oleh serangkaian aksi dan sabotase terhadap “dunia beton” di Prancis (2), Belgia, dan Swiss, kami mendatangi pabrik beton CEMEX di Schleusenufer, Berlin-Kreuzberg, pada dini hari tanggal 27 Desember lalu, kami menggunakan api untuk menghentikan beberapa truk pengaduk semen dan membuat konveyor serta sebuah gedung teknis lumpuh.
Sang jagoan di antara para pembunuh iklim
Tanah gersang akibat beton dan aspal terus meluas. Di Jerman saja, setiap harinya lebih dari 30 hektar tanah hidup yang terkubur masih akan terus diambil. Dan setiap tahunnya, jalan raya, alun-alun, area komersial, pabrik industri, dan rumah-rumah; sebagian besar permukaan bumi telah tertutup dan proyek-proyek infrastruktur seperti bendungan, jalan raya, jembatan, bandara, dan sebagainya menghabiskan beberapa miliar ton beton.
Semua ini tidaklah tanpa konsekuensi. Beton dianggap sebagai pembunuh iklim yang paling utama. Hampir 10 persen dari karbon dioksida yang dikeluarkan oleh sistem ini ke udara berasal dari industri semen. Jumlah tersebut hampir tiga kali lipat daripada emisi lalu lintas udara. Pada saat yang sama, produksi beton menghabiskan banyak sekali sumber daya. Khususnya pasir, yang sangat penting untuk produksi, sudah sangat langka, itulah sebabnya di seluruh dunia kawasan-kawasan pesisir dan terkadang beberapa pulau dikeruk. Dengan dampak yang sangat buruk terhadap ekosistem di sekitarnya. Meningkatnya penutupan tanah juga memiliki konsekuensi malapetaka. Kawasan urban semakin memanas, sementara air hujan tidak bisa lagi meresap ke dalam tanah. Reservoir air tanah tidak terisi seperti sebelumnya, yang akan menyebabkan kekurangan air di banyak tempat dalam jangka panjang atau yang saat ini sedang berlangsung. Di satu sisi, kekeringan dan kegersangan merupakan akibat dari hal ini, sementara di sisi yang lain, banjir dan erosi terjadi di tempat lain akibat curah hujan yang semakin tinggi. Lebih dari itu, setiap meter penambahan beton menghancurkan habitat dan sumber makanan. Hilangnya kawasan tanah alami dan kurangnya vegetasi menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, yang berimbas pada banyak populasi hewan maupun tumbuhan dan akan berakibat pada kepunahan spesies tertentu.
Sayang sekali beton tidak bisa terbakar
Beton telah menjadi simbol dari sebuah era. Sebuah era di mana kapitalisme merayakan ekspansinya ke pelosok-pelosok terjauh bumi dan telah menuangkan kemenangannya dalam beton dalam bentuk bangunan-bangunan monumental di pusat-pusat kekuasaan kota metropolitan. Monster yang disebut “peradaban” telah melahap seluruh penjuru dunia melalui jaringan jalan yang terus meningkat sehingga membuka jalan bagi eksploitasi dan pemanfaatan manusia serta alam dalam skala industri.
Bagaimanapun juga, akan selalu ada perlawanan terhadapnya. Di belahan Selatan global, di mana dampak perubahan iklim telah dirasakan dengan sangat jelas dan dominasi Barat dilanggengkan melalui eksploitasi sumber daya dan tenaga kerja, terdapat banyak sekali titik-titik konflik. Pemberontakan yang dilancarkan oleh ancaman eksistensial, di mana orang-orang menentang kehancuran dengan segala sarana yang memungkinkan. Ironisnya, penyebab konflik semacam itu sering kali terletak pada pengembangan pasar baru untuk apa yang disebut “teknologi hijau” dan kehausan akan material mentah yang sejalan dengan pengembangan pasar tersebut. Ketika kami menargetkan mereka yang bertanggung jawab atas kesengsaraan ini, kami melakukannya bersama dengan mereka yang tidak memiliki pilihan. Karena bagi banyak orang, satu-satunya alternatif untuk melawan adalah lari atau mati.
Oleh karena itu, tampaknya hampir sinis ketika sebagian dari gerakan iklim di negara ini dicirikan terutama oleh permohonan yang bertujuan-baik kepada para politisi yang membawa kita ke dalam kekacauan ini sejak awal dan tidak menunjukkan minat untuk melepaskan privilese dan kemakmuran mereka. Para aktivis ini terjebak dalam perangkap untuk mencoba menyenangkan standar moral borjuis dengan komitmen mereka yang tidak masuk akal untuk menanggalkan kekerasan. Hal ini tidak selalu demikian. Selama gerakan anti-nuklir misalnya, ratusan menara listrik digergaji di seluruh Jerman dan transportasi Castor tidak mungkin dapat beroperasi tanpa adanya sabotase infrastruktur rel kereta api secara masif. Protes terhadap Runway West di Frankfurt am Main atau terhadap pabrik pengolahan ulang Wackersdorf disertai dengan kerusuhan reguler yang melibatkan ribuan orang. Jadi, mengapa perselisihan ini menjadi begitu konformis, padahal sekarang ini lebih mendesak daripada sebelumnya? Jika kita ingin menghentikan penghancuran bumi oleh mesin industri dalam waktu yang lama, tidak akan ada jalan lain selain berkonfrontasi dengan masyarakat yang timbul dari eksploitasi tanpa belas kasihan dan telah menyerah pada keyakinan buta akan kemajuan. Sayang sekali beton tidak bisa terbakar.
Bisnis kotor dengan emas kelabu
Dengan serangan terhadap perusahaan CEMEX, kami telah menyerang salah satu produsen beton terbesar di dunia. CEMEX Deutschland AG adalah bagian dari perusahaan induk CEMEX S.A.B. de C.V., yang berbasis di Meksiko, dan memiliki 64 pabrik semen, 1.348 pabrik beton siap pakai, 246 tambang, 269 pusat distribusi, dan 68 terminal kapal di seluruh dunia. Perusahaan ini terlibat dalam proyek-proyek infrastruktur dan konstruksi mayor di lebih dari 50 negara. Ini termasuk ekspansi jalan raya kota A100 di Berlin yang kontroversial. Sebuah proyek senilai 560 juta euro yang dibebankan pemerintah kepada kita. Dengan produksi dan pengiriman sekitar 170.000 m³ beton, CEMEX adalah salah satu penerima manfaat utama dari monster ini, yang kini memotong sebagian besar kota dan akan segera memuntahkan longsoran lalu lintas yang bising di Treptower Park.
Selain perusakan lingkungan yang merupakan bagian dari bisnis sehari-hari industri ini, CEMEX memiliki sejarah lain yang sangat berdarah terkait dengan Timur Tengah, yang ingin kami singgung sekarang karena sekali lagi perang yang menghancurkan terjadi di Gaza. Pada tahun 2005, CEMEX mengambil alih perusahaan Israel, Readymix Industries, yang memasok beton untuk tembok Israel dan terlibat dalam pembangunan pos-pos pemeriksaan militer di West Bank, termasuk pos pemeriksaan Hawara dan Azun-Atma. CEMEX mendapatkan uang dari pembangunan permukiman dan pos-pos ilegal di West Bank dan mengoperasikan pabrik semen di Mevo Horon, Atarot, dan Mishor Edomim, serta di Katzerin, Golan Heights. Hal ini membuat perusahaan tersebut menjadi antek dan sekutu kebijakan sayap-kanan ekstrem Netanyahu dan para simpatisan fanatik religiusnya di wilayah-wilayah koloni pemukim. Struktur-struktur ini memiliki satu tujuan utama: membuat kehidupan bermartabat masyarakat Palestina di tanah ini menjadi mustahil melalui pelecehan, penindasan, kekerasan, hingga pengusiran, yang dalam kondisi terburuk harus dibayar dengan nyawa. Tidak ada yang mampu menjustifikasi penderitaan yang tak terlukiskan yang disebabkan oleh kebijakan ini.
Namun demikian, kita akan berhati-hati dalam mencoba memahami perang di Timur Tengah ini berdasarkan skema hitam dan putih yang sederhana tentang baik dan jahat. Kita merasa jijik dengan teror bom keji yang dilakukan tentara Israel terhadap penduduk sipil Gaza dan pembantaian yang dilakukan Hamas. Meskipun perjuangan dan jumlah korban ini sangat tidak seimbang, akan sangat fatal jika kita ingin mengimbangi penderitaan pihak yang satu dengan penderitaan pihak yang lain. Alih-alih mengangkat “satu pendapat” atau bendera yang tampaknya bebas dari kontradiksi, kita mengalihkan perhatian kita kepada mereka yang mengambil keuntungan ekonomi dari kebijakan perang ini dan memperkaya diri mereka sendiri melalui militerisme maupun penindasan rasis. Inilah alasan lain mengapa kami menyerang CEMEX. Dan kami melakukan ini dengan empati yang sebesar-besarnya terhadap penderitaan serta rasa sakit orang-orang yang harus hidup di bawah perang yang sedang berlangsung di bawah militerisasi yang semakin meningkat di region tersebut. Selalu bersama mereka yang berjuang untuk kebebasan semua orang, di mana pun. Melampaui batas negara, bangsa, dan agama, serta perbatasan dan tentara yang mematikan.
SWITCH OFF!