Pada tanggal 2 November, 3 tahun 5 bulan sejak massa yang dijajah dan diperbudak di tanah ini membuat AS bertekuk lutut, para administrator pendudukan lokal di Mni Sota Makoce yang dikuasai – dewan kota yang di-sebut sebagai ‘Minneapolis’ – memberikan suara untuk menyetujui situs pengganti Kantor Polisi ke-3.
Terletak setengah mil dari persimpangan yang menentukan di mana pengepungan selama tiga-hari berakhir dengan kemenangan yang indah atas struktur kekuasaan anti-Babi hitam, kantor polisi yang baru, di 2633 Minnehaha Ave, diubah namanya menjadi “Community Safety Center”.
Terinspirasi oleh BRB di Pantai Barat, Anti-Colonial Action Brigade (ACAB) mengunjungi situs tersebut pada pagi hari tanggal 6 November. Kami mengecat bangunan tersebut dengan tulisan ‘MNI SOTA TO GAZA’, ‘OFF THE PIGS’, ‘ALL COPS ARE BASTARDS’, ‘FREE PALESTINE’, ‘UPRISING 2 INTIFADA’, ‘FUCK THE POLICE’, FUCK ZIONISM’, ‘FUCK 12’, ‘DEATH TO AMERICA’, dan memecahkan satu jendela.
Aksi kecil ini seharusnya menjadi pengingat dan peringatan bahwa para pemberontak, insurgen, dan penjarah di tahun 2020 masih ada di luar sana. Kemarahan lumpen/proletar anonim dari kaum tertindas mungkin terlihat tenang untuk saat ini, tetapi yang dibutuhkan hanyalah satu percikan api. Seperti Kota Polisi, jika mereka membangunnya, kami akan membakarnya. Setiap upaya pembangunan akan dibalas dengan penghancuran.
Dan akhirnya, kami berharap dapat mulai menerapkan apa yang telah kami pelajari dari perlawanan Palestina. Apa yang telah mereka lakukan dalam meningkatkan perjuangan anti-kolonial bukanlah hal yang baru dan sangat familiar. Al-Aqsa Flood tidak hanya menyerupai tradisi dan sejarah perlawanan Pribumi dan Afrikan yang tangguh di belahan bumi ini. Ia memiliki potensi untuk merevitalisasi praktik serangan militan yang hidup dari bawah, sebuah permusuhan total tanpa kompromi terhadap kekaisaran pemukim genosida ini.
Ketika kita melihatnya seperti itu, Palestina tidak begitu jauh. Perang mereka adalah perang kita. Kematian bagi Zionisme berarti kematian bagi Amerika, yang berarti kematian bagi seluruh benteng neo-kolonialisme di Dunia Ketiga.
Dengan pembobolan penjara dan serangan gerilya pada 7 Oktober, perlawanan Palestina telah memberikan pelajaran yang sederhana namun tak lekang oleh waktu, yang disampaikan kepada kita melalui darah para martir mereka selama beberapa dekade perang yang berlarut-larut: masyarakat pemukim-penjajah tidak akan pernah mengenal kata “aman”.
Baik di Palestina maupun di Turtle Island yang diduduki, hanya ada satu solusi: Intifada, Revolusi.
– Anti-Colonial Action Brigade
Via: Abolition Media